Kamis, 26 Februari 2015
Senin, 11 Maret 2013
Fatalis (sajak-sajak)
Sedikit pengantar yang terampaikan.
IIM IBRAHIM AK
2007
BILA
Mati itu sunyi
Seperti desir angin
Mengusap dedaunan dalam
keringat malam
mata membagi duka
lewat irisan luka
lengking-lengking kesedihan
melesat menusuk sanubari
ini hati punya rasa telah mati
sisi lain telah bertepi
dalam dua pilihan kau berdiri
PASAI
Kemarin malam bulan dan bintang
Diperkosa angin yang memaksa
Tanpa suara
Hari ini bulan dan bintang
jadi bunting dan awan
serta hujan saling berbisik
bergunjing
Besok
Hari menjadi gelap
Sebab matahari mati berdiri
LEPAS
Surya
Sinar
Nestapa
Rembulan
Redup
Termangu
Senja
Tunduk
Mengantuk
Pagi
Berlari
SETRA
Perlahan jenuh menghalau suara
Dalam hatiku
Pikir menuntunku
Mengingat seraut wajah
Jalanan sunyi, angin lirih berbisik
Setra……
Ingatku menuntun khayal
Pada ikatan cerita berbalut nestapa
Rinduku tak sekedar
Menyebut namamu
Malamku dingain
Serupa senyum di bibirmu
Larik ini untukmu
SETRA
II
Malam
Lalu
Pelukan angin
Mendekap erat
Sunyi
Menikam duka
Sepi menusuk malam
Setra….kau di mana,
SETRA
III
Aku baca larik
Dalam sajakmu
Lalu aku diam
Dalam ucapmu
Setra……
Aku rindu menatap surga
Di matamu
Dan biarkan aku
Menggapainya.
SAJAK TIGA LARIK
LARIK PERTAMA AKU MEMUJI TUHANKU
LARIK KEDUA AKU TULIS NAMAMU
LARIK KETIGA KATAKU TAK BERSUARA
PERJALANAN SEPARUH MALAM
Telah separuh malam
Kucari jejak Tuhanku
Telah beratus jejak kususuri
Dalam sunyi
Dan kegelapan
Telah separuh malam
Ku tapaki jejak-jejak itu
Tak lekang kucari
Tuhanku
SAAT ITU
Duduk Sendiri
Menatapi waktu berlari
Diam terpaku
Memaknai kata tak bersuara
Tersenyum
Ikuti jejak lamunan
Telusuri alam mimpi
Menembus khayal tak berbatas
Tinggalkan semua luka
Tanggalkan semua sengsara
Tertawa dalam bayangan.
PERCAKAPN
MALAM
Bulan …. Itu
Tidak berganti rupa
Hanya mata kita saja
yang tak mampu memandang
dalam kegelapan
sia-sia saja
berkata pada logika
sebab dia punya rasa
telah lama lena dihujam
petaka kata-kata
Bulan itu
Tidak berganti rupa
Hanya langit yang berganti warna
ketika pagi menjelang
CEMPAKA
Lekatkan dalam hatimu
Bila tiga hari yang lalu
aku menunggumu
tapi kini
kupu-kupu juga
enggan menungguimu
harusnya kau tau itu
PASAI
Berdirilah pada
tumpuan di atas kakimu
serupa jelaga mengepul asap
itu pula hati dan pikir
kau punyai
HUA……..!
Dua muka
Satu kepala
Dalam cerita
Empat mata
Mulut merangkai dusta
_______________
?
Bla………
____________________
______ ___________
____________ _______
_____________________
___________________________
____ _____________________
___________ _____________
________ _________ _______
Oh……………!
TERATAI
Seperti hari yang lalu
Matahari datang bersama gerimis
Senandung lirik laguku
Menggigil dalam sunyi
Yang mendekap dingin hatiku
Di sisi telaga
Aku menatap waktu yang lalu
Waktuku telah berlalu
Langkah membawaku pergi
Di sisi telaga teratai tertunduk
Menyesali waktu yang menuntunku
Meninggalkanmu
Seperti hari yang itu
Matahari pergi dalam geimis
LAKUKAN
Lupakan langkah terakhir
dalam hidupmu jelaskan padaNya
apa yang kau rasakan
sejak menatap matahari
pagi ini
jangan biarkan dirimu terjebak
dalam lingkaran perangkap
yang kau buat sendiri
waktu lalu
SEBAB KAPAS
Kapas putih
Tetapi rapuh
Kertas putih tetapi lusuh
Jiwa putih ?
Apa enar sujud bersimpuh ?
Hati keruh
Bisakah jadi putihatau
Setidaknya abu-abu saja
Sebab aku rindu pada
Tuhanku
JALADRI
Tak perlu bertanya lagi
Sebab tatap sudah berkata
Buat apa lagi suara
Bila hati saling memahami
Jaladri mipir asih
Gondewa mentang asmara
Hawa menebar suka
Pelita memancar surga
Cinta pancar buana
IV
Sebab hanya menatap
Aku hanya bisa berharap
Sebab hanya diam
Cinta ku harus terpendam
Sebab hanya mendamba
Hati hanya bisa memuja
Sebab hanya terpaku
Aku jadi termangu
Kau siksa aku
Tanpa suara
BUAT
APA !
Anak hilang datang kembali
Dalam kembara rindu memandu
Siapa sangka
Jalan mengibar neraka
Pergi tak berpamit
Pulang menggusur masalah
Pergi saja biar kau lusuh
Sebab patah arang berbara
Walau darah itu satu sama
Tapi jiwa lain sukma beda raga
DUA X
Dua kali
Masa menunjang
Dua kali dua muka
Dusta menopang
Pergi juga kau memandang
Masa dulu tak pernah peduli
Sekarang kau datang
Mau apa ?
Muak aku……….!
Brag……?
Aku membawa ingatku
Pada sepuluh tahun yang lalu
Sempat terpikir untuk
Tidak mengingitmu
Tapi kau begitu dekat saat itu
Seperti
kejora dan rembulan
layaknya matahari dan sinarnya
tapi kini aku muak melihatmu
pulih aku membencimu
SUDAHLAH…..
Bila saja hujan membalikan
Siang menjadi malam
Apa jadinya matahari
Bila tetutup awan
Puas kau
Menyiksaku dalam
Penantian tak berujung
Atau memang hari-hari ini
Akan selalu sepi
SE BERAPA JARAK ANTARA AKU DAN TUANKU ?
Bertahan dalam waktu
Aku menulis sajak-sajakku
Meski bosan berkata-kata
Aku rindu menyebut namaMu
Jarak… meski sudah
terlalu jauh tapi hatiku
kembali pada\Nya
setiap kali kudengar namaMu
hatiku tergetar dan ingin
memelukMu
tapi entah kaki surut
melangkah sebab hati selalu
goyah
Aku rindu Tuhanku
Lho……/.!
Apa beda
Bertanya dan meminta
Kala datangnya bersamaan
Dalam satu perumpamaan
Yang kelewat abstrak,
Sejak menginjakkan kaki
Di bumi apa pernah kau
bertanya untuk apa ada
di sana
tidak.
Sama sekali tidak……
Tapi itu bukan urusanmu……..
AKUI SAJA.!
Kau datang dengan menangis
Antara hidup dan mati
Senyuman lekat di bibirnya
Meski terkulai lemas
Memandangmu
Kau datang tanpa celana
Hanya berbalut darah dan
Plasenta
Jadi …..
Seharusnya jangan
banyak bicara soal harta
sebab tak secuil pun kau bawa saat tiba di dunia
MANUSIA
Tujuh belas kali kau dalam sehari
Seharunya bersujud pada Nya
Bila Dia tak menghendakimu
Pasti tak pernaha ada
Tapi apa lakumu sekarang
Apa kepalamu terlalu berharga
Untuk kau lekatlan pada
lantai langit miliknya
Merasai diri paling atas
Memandang kecil orang di bawah sana
Padahal kau lebih kecil kala mereka menatapmu
Sadari itu
Jangan terlalu takabur….!
BIAR KUTEBAK MESKI TAK
BERJAWAB
Bulan tak pernah
Berwarna hitam pekat
Dan matahari entah
Apa warnanya
Tetapi laut dan langit
Begitu biru dan dedaunan
Sepertinya hijau meski
Bunga-bunga beraneka warna
Tapi satu sesalku
Tak pernah ku tau
Apa warna di hatimu
Meski aku mengenalmu….
SIAPA YA ?
SEPERTINYA AKU MENGENALAMU
TAPI KAPAN AKU MULAI MENGENALMU
RASA-RASANYA KITA PERNAH
BERTEMU TAPI ENTAH DIMANA
SEBAB AKU LUPA SIAPA AKU SEBENARNYA
DAN KENAPA JUGA AKU
MERASA MENGENALMU
PADAHAL SEINGATKU
AKU TAK INGAT APA-APA
TANYAKAN PADA NYA
Apa alasannya
Hari ini terasa begitu
Senyap,
Padahal banyak
Orang lalu lalang
Lagi pula pesta belum
Reda bergelora
Tapi mengapa
Hampa makna
Apa karena
Sunyi itu menikam suka
Atau pesta terbius duka..
APA MAU MU?
Kau itu siapa
Tiba-tiba datang dan membuntuti
Waktuku
Datangmu tanpa permisi
Meski pada hari yang
masih pagi
apa tak malu pada
matahari tiba-tiba
taburkan pesona
jangan harap
aku terpedaya
lupakan saja mimpimu itu.
SEMAUMULAH…..!
Apa yang kau tahu
Tentang semua yang dihadapamu
Jangan asal bicara
Sebab kau itu hanya berdusta
Simpan saja
semua kata-kata
jangan lagi kau mengucap
telingaku malu untuk mendengar
sebab tak pantas didengar
Kalau kau mau pergi
Ya pergilah…..
Jangan banyak bicara
Lakukan saja..!
SISI LAIN MENUNGGU
Jumat malam
Angin berhembus sedikit saja
Malam belum juga larut
Meskipun gelap terus
Bergelayut dalam hening
yang berkepanjangan
lelah menunggu
terkurung dalam penantian
panjang yang tak kunjung
datang menghampiri
selama ini menanti
atau memang terus seperti ini.
DI
ANTARA ILALANG DAN MELATI
Tak harus selalu Cemara
yang berderai tertiup angin
Bila ilalang mampu bertahan
Dalam hempasan angin
Tak harus selalu mawar
Yang menebar wangi surgawi
Bila melati mulai bersemi
Menebar wangi aroma surga
LANGIT
MENUTUP REMBULAN TERTIUP ANGIN
Langit menutup rembulan
Yang tak lagi sempurna bulatnya
Dan entah kemana awan pergi
Berarak tertiup angin
Mestinya aku tau
Ketika tatap tajam matamu
Menikan sadarku betapa
Gemuruh dalam hatiku
Membuatku ragu untuk kembali
Menatap wajahmu
Kini ketika semua berlalu
Sesalku datang ketika waktu
Menuntunku meninggalkanmu
Langit menutup rembulan
yang tak sempurna bulatnya
Entah kemana awan pergi
Berarak tertiup angin
KAU ITU
Lalu
Apa benar kau
Mencintai aku…!
Sebab kulihat ada ragu
Yang begitu dalam bersemayam
Bila saja kau yakinkan aku
Dengan cara apa
Kau bicara
COBA TANYAKAN PADA-NYA
Lakukan sesuatu
Untuk menyingkap gelap
Agar temaram tersibak
Dan menjadi terang
Meskipun
Takan
Mudah untuk dilakukan
Dalam hitungan
Jarum yang berdetak
Seperti biasanya
Haya saja dalam
Kesendirian jiwa
Apa mungkin itu
Menjelma jadi nyata,
SEHARUSNYA TAK SEPERTI INI
Jika mlam ini
Berlau begitu saja
Lupakan pula setiap
Pengharapan yang kau tanamkan
Karena semuanya memang
Sia-sia tanpa guna
Tapi bila
Tidak juga hilang
Ketika membelakangi purnama
Dan berhadapan dengan
Kilatan keemasan di antara
Temaram
Jangan salahkan perasaan
Sebab dia tak tau apa-apa
PERBATASAN
Jalanan tanpa manusia
Pada ujung sebuah malam
Tertatih-tatih
berjalan menahan kantuk
dengan pakaian kuyup
oleh hujan yang turun
semalaman
rembulan pucat pasi
di hadapan matahari
yang datang dengan tangisan
di antara
senyuman yang dipaksakan
…………!
Katakan sesuatu
Tentang malam ini
Atau kau memang bisu
Mudah-mudahan tidak sama sekali
Jangan hanya diam
Dan berdiri di sisi
Berjalanlah ikuti
Jejak malam pergi
TERPATRI
PADA SATU SISI
Lalu
Aku bertanya
Tentang waktu yang telah
mana dilewati bersama
angin dihadapan ilalang
Tapi
Tanyaku hanya
Lalu seperti angin
Yang tertunduk ketika
Berhadapan dengan ilalang
Pikir sunyi
Membagi mahari
Dengan irisan kebencian
Pada sebuah luka
PECUNDANG
Rasa
Tak mesti terucap,
Lewat kebasan pena lebih bermakna
Walau rasa tak cukup hanya sekedar
Kata-ktaa
Angin memutar pikir
Cinta menusuk rasa
Namun kecewa ada sebab
Hati tak saling memberi
Meski rasa telah meminta
Benarkah pena menikam
Menusuk jiwa menghantam perasaan
Saturday kau di htiku
Meski cuma harap
Dan damba
nyatanya
SEHARUSNYA
KAU TAU
Kau pasti bisa menghitung
Berapa banyak juma yang jadi makna
Ketika memerah langit senja itu
Saat mengungkap kata
Menjadi makana,
mungkin kau tak bersuara
Pada helaan nafas yang kesekian kali
Pohonan gugurkan daunnya
Dan senja kali ini
Tak seperti hari yang lalu
Pikirku mengembara
Mencati ketika untuk
Kembali bersama
LEMBAYUNG
I
Senja membalut pertemuan kita
Dengan angin yang sedikit
Berhembus
Sementara
Lembayung mewarnai langit
Serupa rona di pipimu
Seketika itu pula
Kau curi rinduku
Hanya dengan senyuman di
Bibirmu
LEMBAYUNG
II
Hari itu
Berkali-kali angin menuntuku
Untuk menatapmu
Dan kau tau,
Telah kulihat surga di matamu
Kini
biarkan aku berjalan
untuk menggapainya
sebab rinduku tak sekedar
selalu menyebut namamu
LEMBAYUNG
III
Dalam dekapan senja
Teratai tertunduk dihembus
angin lalu
matahari kembali tenggelam
dalam pelukan lembayung
dan aku duduk termangu
memandang senyuman itu
Ilalang menari dalam pelukan
Angin meski sedikit ragu untuk
Membagi cerita dengan teratai
Yang tertunduk malu
FATALIS
MENATAP MALAM
DENGAN MATA YANG DIPAKSAKAN TERPEJAM
SAMA SEKALI BUKAN MENJADI
KEPUTUSAN UNTUK MEMILIH
LIUKAN ANGIN
MEMBURU KESENDIRIAN
DENGAN UCAPAN SELAMAT TINGGAL
BULAN SETENGAH SABIT
BINTANG TNPA KILAUAN
DAN LANGIT TERIRIS
KILATAN-KILATAN
GEMURUH MENITIKAN GERIMIS
DIANTARA CEMARA DAN RERUPUTAN KERING
YANG MENJADI LUSUH
Perbatasan
II
Tidak banyak hujan Yang turun ketika
Ufuk merona dan rembulan
Menjadi pucat pasi
Hanya ada Dedaunan kering yang
Menjadi basah dan ranting-ranting
yang semakin lapuk
sementara
lelaki berdiri memandangi kesunyian
dalam petikan dawai kecapi
diantara perasaan dan kenyataan yang
bertabrakan.
Untuk Bapak
(yang berpulang lima hari yang lalu)
Dalam tangis terakhir kutatap wajamu,
Dalam gerimis terakhir ku peluk engkau,
dalam sayatan perihnya luka kau pergi dengan sunyi. #03#2012#
Pelajaran Menyimak
banyak mendengar
sedikit menyimak
banyak menyimak
tidak menyimak
sedikit mendengar tidak mendengar
Pelajaran Menulis
banyak pakai tinta dan kertas
sedikit menulis
Banyak menulis
tidak menulis
sedikit pakai tinta dan kertas
awet tinta dan kertas
Ini adalah sebuah catatan kecil tentang kehidupan yang berhasil saya rekam melalui kata-kata teruntai
dalam larik dan bait. Serta semoga pada akhirnya pantas disebut sajak atau puisi. Paling tidak ini mewakili semua yang terjadi dalam kehidupan sebagian orang dan mugkin di dalamnya termasuk saya. Gambaran
pelbagai pikiran dan rupa-rupa kejadian yang berkumpul menjadi satu saya masukan dalam catatan ini. Meskipun disadari atau tidak tetap tidak dapat mewakili keseluruhan kehidupan manusia. Tetapi paling tidak saya telah berhasil memotret kemudian menuangkannya ke dalam bentuk tulisan. Akhirnya semoga catatan kecil ini dapat menjadi bahan bacaan yang mampu memikat hati paling tidak mengundang orang penasaran membacanya.
IIM IBRAHIM AK
2007
BILA
Mati itu sunyi
Seperti desir angin
Mengusap dedaunan dalam
keringat malam
mata membagi duka
lewat irisan luka
lengking-lengking kesedihan
melesat menusuk sanubari
ini hati punya rasa telah mati
sisi lain telah bertepi
dalam dua pilihan kau berdiri
PASAI
Kemarin malam bulan dan bintang
Diperkosa angin yang memaksa
Tanpa suara
Hari ini bulan dan bintang
jadi bunting dan awan
serta hujan saling berbisik
bergunjing
Besok
Hari menjadi gelap
Sebab matahari mati berdiri
LEPAS
Surya
Sinar
Nestapa
Rembulan
Redup
Termangu
Senja
Tunduk
Mengantuk
Pagi
Berlari
SETRA
Perlahan jenuh menghalau suara
Dalam hatiku
Pikir menuntunku
Mengingat seraut wajah
Jalanan sunyi, angin lirih berbisik
Setra……
Ingatku menuntun khayal
Pada ikatan cerita berbalut nestapa
Rinduku tak sekedar
Menyebut namamu
Malamku dingain
Serupa senyum di bibirmu
Larik ini untukmu
SETRA
II
Malam
Lalu
Pelukan angin
Mendekap erat
Sunyi
Menikam duka
Sepi menusuk malam
Setra….kau di mana,
SETRA
III
Aku baca larik
Dalam sajakmu
Lalu aku diam
Dalam ucapmu
Setra……
Aku rindu menatap surga
Di matamu
Dan biarkan aku
Menggapainya.
SAJAK TIGA LARIK
LARIK PERTAMA AKU MEMUJI TUHANKU
LARIK KEDUA AKU TULIS NAMAMU
LARIK KETIGA KATAKU TAK BERSUARA
PERJALANAN SEPARUH MALAM
Telah separuh malam
Kucari jejak Tuhanku
Telah beratus jejak kususuri
Dalam sunyi
Dan kegelapan
Telah separuh malam
Ku tapaki jejak-jejak itu
Tak lekang kucari
Tuhanku
SAAT ITU
Duduk Sendiri
Menatapi waktu berlari
Diam terpaku
Memaknai kata tak bersuara
Tersenyum
Ikuti jejak lamunan
Telusuri alam mimpi
Menembus khayal tak berbatas
Tinggalkan semua luka
Tanggalkan semua sengsara
Tertawa dalam bayangan.
PERCAKAPN
MALAM
Bulan …. Itu
Tidak berganti rupa
Hanya mata kita saja
yang tak mampu memandang
dalam kegelapan
sia-sia saja
berkata pada logika
sebab dia punya rasa
telah lama lena dihujam
petaka kata-kata
Bulan itu
Tidak berganti rupa
Hanya langit yang berganti warna
ketika pagi menjelang
CEMPAKA
Lekatkan dalam hatimu
Bila tiga hari yang lalu
aku menunggumu
tapi kini
kupu-kupu juga
enggan menungguimu
harusnya kau tau itu
PASAI
Berdirilah pada
tumpuan di atas kakimu
serupa jelaga mengepul asap
itu pula hati dan pikir
kau punyai
HUA……..!
Dua muka
Satu kepala
Dalam cerita
Empat mata
Mulut merangkai dusta
_______________
?
Bla………
____________________
______ ___________
____________ _______
_____________________
___________________________
____ _____________________
___________ _____________
________ _________ _______
Oh……………!
TERATAI
Seperti hari yang lalu
Matahari datang bersama gerimis
Senandung lirik laguku
Menggigil dalam sunyi
Yang mendekap dingin hatiku
Di sisi telaga
Aku menatap waktu yang lalu
Waktuku telah berlalu
Langkah membawaku pergi
Di sisi telaga teratai tertunduk
Menyesali waktu yang menuntunku
Meninggalkanmu
Seperti hari yang itu
Matahari pergi dalam geimis
LAKUKAN
Lupakan langkah terakhir
dalam hidupmu jelaskan padaNya
apa yang kau rasakan
sejak menatap matahari
pagi ini
jangan biarkan dirimu terjebak
dalam lingkaran perangkap
yang kau buat sendiri
waktu lalu
SEBAB KAPAS
Kapas putih
Tetapi rapuh
Kertas putih tetapi lusuh
Jiwa putih ?
Apa enar sujud bersimpuh ?
Hati keruh
Bisakah jadi putihatau
Setidaknya abu-abu saja
Sebab aku rindu pada
Tuhanku
JALADRI
Tak perlu bertanya lagi
Sebab tatap sudah berkata
Buat apa lagi suara
Bila hati saling memahami
Jaladri mipir asih
Gondewa mentang asmara
Hawa menebar suka
Pelita memancar surga
Cinta pancar buana
IV
Sebab hanya menatap
Aku hanya bisa berharap
Sebab hanya diam
Cinta ku harus terpendam
Sebab hanya mendamba
Hati hanya bisa memuja
Sebab hanya terpaku
Aku jadi termangu
Kau siksa aku
Tanpa suara
BUAT
APA !
Anak hilang datang kembali
Dalam kembara rindu memandu
Siapa sangka
Jalan mengibar neraka
Pergi tak berpamit
Pulang menggusur masalah
Pergi saja biar kau lusuh
Sebab patah arang berbara
Walau darah itu satu sama
Tapi jiwa lain sukma beda raga
DUA X
Dua kali
Masa menunjang
Dua kali dua muka
Dusta menopang
Pergi juga kau memandang
Masa dulu tak pernah peduli
Sekarang kau datang
Mau apa ?
Muak aku……….!
Brag……?
Aku membawa ingatku
Pada sepuluh tahun yang lalu
Sempat terpikir untuk
Tidak mengingitmu
Tapi kau begitu dekat saat itu
Seperti
kejora dan rembulan
layaknya matahari dan sinarnya
tapi kini aku muak melihatmu
pulih aku membencimu
SUDAHLAH…..
Bila saja hujan membalikan
Siang menjadi malam
Apa jadinya matahari
Bila tetutup awan
Puas kau
Menyiksaku dalam
Penantian tak berujung
Atau memang hari-hari ini
Akan selalu sepi
SE BERAPA JARAK ANTARA AKU DAN TUANKU ?
Bertahan dalam waktu
Aku menulis sajak-sajakku
Meski bosan berkata-kata
Aku rindu menyebut namaMu
Jarak… meski sudah
terlalu jauh tapi hatiku
kembali pada\Nya
setiap kali kudengar namaMu
hatiku tergetar dan ingin
memelukMu
tapi entah kaki surut
melangkah sebab hati selalu
goyah
Aku rindu Tuhanku
Lho……/.!
Apa beda
Bertanya dan meminta
Kala datangnya bersamaan
Dalam satu perumpamaan
Yang kelewat abstrak,
Sejak menginjakkan kaki
Di bumi apa pernah kau
bertanya untuk apa ada
di sana
tidak.
Sama sekali tidak……
Tapi itu bukan urusanmu……..
AKUI SAJA.!
Kau datang dengan menangis
Antara hidup dan mati
Senyuman lekat di bibirnya
Meski terkulai lemas
Memandangmu
Kau datang tanpa celana
Hanya berbalut darah dan
Plasenta
Jadi …..
Seharusnya jangan
banyak bicara soal harta
sebab tak secuil pun kau bawa saat tiba di dunia
MANUSIA
Tujuh belas kali kau dalam sehari
Seharunya bersujud pada Nya
Bila Dia tak menghendakimu
Pasti tak pernaha ada
Tapi apa lakumu sekarang
Apa kepalamu terlalu berharga
Untuk kau lekatlan pada
lantai langit miliknya
Merasai diri paling atas
Memandang kecil orang di bawah sana
Padahal kau lebih kecil kala mereka menatapmu
Sadari itu
Jangan terlalu takabur….!
BIAR KUTEBAK MESKI TAK
BERJAWAB
Bulan tak pernah
Berwarna hitam pekat
Dan matahari entah
Apa warnanya
Tetapi laut dan langit
Begitu biru dan dedaunan
Sepertinya hijau meski
Bunga-bunga beraneka warna
Tapi satu sesalku
Tak pernah ku tau
Apa warna di hatimu
Meski aku mengenalmu….
SIAPA YA ?
SEPERTINYA AKU MENGENALAMU
TAPI KAPAN AKU MULAI MENGENALMU
RASA-RASANYA KITA PERNAH
BERTEMU TAPI ENTAH DIMANA
SEBAB AKU LUPA SIAPA AKU SEBENARNYA
DAN KENAPA JUGA AKU
MERASA MENGENALMU
PADAHAL SEINGATKU
AKU TAK INGAT APA-APA
TANYAKAN PADA NYA
Apa alasannya
Hari ini terasa begitu
Senyap,
Padahal banyak
Orang lalu lalang
Lagi pula pesta belum
Reda bergelora
Tapi mengapa
Hampa makna
Apa karena
Sunyi itu menikam suka
Atau pesta terbius duka..
APA MAU MU?
Kau itu siapa
Tiba-tiba datang dan membuntuti
Waktuku
Datangmu tanpa permisi
Meski pada hari yang
masih pagi
apa tak malu pada
matahari tiba-tiba
taburkan pesona
jangan harap
aku terpedaya
lupakan saja mimpimu itu.
SEMAUMULAH…..!
Apa yang kau tahu
Tentang semua yang dihadapamu
Jangan asal bicara
Sebab kau itu hanya berdusta
Simpan saja
semua kata-kata
jangan lagi kau mengucap
telingaku malu untuk mendengar
sebab tak pantas didengar
Kalau kau mau pergi
Ya pergilah…..
Jangan banyak bicara
Lakukan saja..!
SISI LAIN MENUNGGU
Jumat malam
Angin berhembus sedikit saja
Malam belum juga larut
Meskipun gelap terus
Bergelayut dalam hening
yang berkepanjangan
lelah menunggu
terkurung dalam penantian
panjang yang tak kunjung
datang menghampiri
selama ini menanti
atau memang terus seperti ini.
DI
ANTARA ILALANG DAN MELATI
Tak harus selalu Cemara
yang berderai tertiup angin
Bila ilalang mampu bertahan
Dalam hempasan angin
Tak harus selalu mawar
Yang menebar wangi surgawi
Bila melati mulai bersemi
Menebar wangi aroma surga
LANGIT
MENUTUP REMBULAN TERTIUP ANGIN
Langit menutup rembulan
Yang tak lagi sempurna bulatnya
Dan entah kemana awan pergi
Berarak tertiup angin
Mestinya aku tau
Ketika tatap tajam matamu
Menikan sadarku betapa
Gemuruh dalam hatiku
Membuatku ragu untuk kembali
Menatap wajahmu
Kini ketika semua berlalu
Sesalku datang ketika waktu
Menuntunku meninggalkanmu
Langit menutup rembulan
yang tak sempurna bulatnya
Entah kemana awan pergi
Berarak tertiup angin
KAU ITU
Lalu
Apa benar kau
Mencintai aku…!
Sebab kulihat ada ragu
Yang begitu dalam bersemayam
Bila saja kau yakinkan aku
Dengan cara apa
Kau bicara
COBA TANYAKAN PADA-NYA
Lakukan sesuatu
Untuk menyingkap gelap
Agar temaram tersibak
Dan menjadi terang
Meskipun
Takan
Mudah untuk dilakukan
Dalam hitungan
Jarum yang berdetak
Seperti biasanya
Haya saja dalam
Kesendirian jiwa
Apa mungkin itu
Menjelma jadi nyata,
SEHARUSNYA TAK SEPERTI INI
Jika mlam ini
Berlau begitu saja
Lupakan pula setiap
Pengharapan yang kau tanamkan
Karena semuanya memang
Sia-sia tanpa guna
Tapi bila
Tidak juga hilang
Ketika membelakangi purnama
Dan berhadapan dengan
Kilatan keemasan di antara
Temaram
Jangan salahkan perasaan
Sebab dia tak tau apa-apa
PERBATASAN
Jalanan tanpa manusia
Pada ujung sebuah malam
Tertatih-tatih
berjalan menahan kantuk
dengan pakaian kuyup
oleh hujan yang turun
semalaman
rembulan pucat pasi
di hadapan matahari
yang datang dengan tangisan
di antara
senyuman yang dipaksakan
…………!
Katakan sesuatu
Tentang malam ini
Atau kau memang bisu
Mudah-mudahan tidak sama sekali
Jangan hanya diam
Dan berdiri di sisi
Berjalanlah ikuti
Jejak malam pergi
TERPATRI
PADA SATU SISI
Lalu
Aku bertanya
Tentang waktu yang telah
mana dilewati bersama
angin dihadapan ilalang
Tapi
Tanyaku hanya
Lalu seperti angin
Yang tertunduk ketika
Berhadapan dengan ilalang
Pikir sunyi
Membagi mahari
Dengan irisan kebencian
Pada sebuah luka
PECUNDANG
Rasa
Tak mesti terucap,
Lewat kebasan pena lebih bermakna
Walau rasa tak cukup hanya sekedar
Kata-ktaa
Angin memutar pikir
Cinta menusuk rasa
Namun kecewa ada sebab
Hati tak saling memberi
Meski rasa telah meminta
Benarkah pena menikam
Menusuk jiwa menghantam perasaan
Saturday kau di htiku
Meski cuma harap
Dan damba
nyatanya
SEHARUSNYA
KAU TAU
Kau pasti bisa menghitung
Berapa banyak juma yang jadi makna
Ketika memerah langit senja itu
Saat mengungkap kata
Menjadi makana,
mungkin kau tak bersuara
Pada helaan nafas yang kesekian kali
Pohonan gugurkan daunnya
Dan senja kali ini
Tak seperti hari yang lalu
Pikirku mengembara
Mencati ketika untuk
Kembali bersama
LEMBAYUNG
I
Senja membalut pertemuan kita
Dengan angin yang sedikit
Berhembus
Sementara
Lembayung mewarnai langit
Serupa rona di pipimu
Seketika itu pula
Kau curi rinduku
Hanya dengan senyuman di
Bibirmu
LEMBAYUNG
II
Hari itu
Berkali-kali angin menuntuku
Untuk menatapmu
Dan kau tau,
Telah kulihat surga di matamu
Kini
biarkan aku berjalan
untuk menggapainya
sebab rinduku tak sekedar
selalu menyebut namamu
LEMBAYUNG
III
Dalam dekapan senja
Teratai tertunduk dihembus
angin lalu
matahari kembali tenggelam
dalam pelukan lembayung
dan aku duduk termangu
memandang senyuman itu
Ilalang menari dalam pelukan
Angin meski sedikit ragu untuk
Membagi cerita dengan teratai
Yang tertunduk malu
FATALIS
MENATAP MALAM
DENGAN MATA YANG DIPAKSAKAN TERPEJAM
SAMA SEKALI BUKAN MENJADI
KEPUTUSAN UNTUK MEMILIH
LIUKAN ANGIN
MEMBURU KESENDIRIAN
DENGAN UCAPAN SELAMAT TINGGAL
BULAN SETENGAH SABIT
BINTANG TNPA KILAUAN
DAN LANGIT TERIRIS
KILATAN-KILATAN
GEMURUH MENITIKAN GERIMIS
DIANTARA CEMARA DAN RERUPUTAN KERING
YANG MENJADI LUSUH
Perbatasan
II
Tidak banyak hujan Yang turun ketika
Ufuk merona dan rembulan
Menjadi pucat pasi
Hanya ada Dedaunan kering yang
Menjadi basah dan ranting-ranting
yang semakin lapuk
sementara
lelaki berdiri memandangi kesunyian
dalam petikan dawai kecapi
diantara perasaan dan kenyataan yang
bertabrakan.
Untuk Bapak
(yang berpulang lima hari yang lalu)
Dalam tangis terakhir kutatap wajamu,
Dalam gerimis terakhir ku peluk engkau,
dalam sayatan perihnya luka kau pergi dengan sunyi. #03#2012#
Pelajaran Menyimak
banyak mendengar
sedikit menyimak
banyak menyimak
tidak menyimak
sedikit mendengar tidak mendengar
Pelajaran Menulis
banyak pakai tinta dan kertas
sedikit menulis
Banyak menulis
tidak menulis
sedikit pakai tinta dan kertas
awet tinta dan kertas
Jumat, 07 Desember 2012
Drama Giriloka TEMAYUM (CAKRAWALA SENJA)
Enam tahun lalu saya tulis cerita ini, hanya saja beberapa hari yang lalu seorang berkata "cerita yang dulu kau tulis kini kau alami sendiri" . Ya, kisah hidup memang bukan hal yang dapat diprediksi sebelumnya tapi apakah ini sebuah kebetulan yang disengaja atau bahkan sangat tidak disengaja, hahahahaha............ lalu saya berguman "makanya jangan asal tulis cerita!" dan inilah cerita yang dimaksud.
(senja begitu indah, matahari di kaki hangat sinarnya merah merona dengan tebaran awan di sekitarnya. Di tepian sebuah danau bunga-bungan teratai mekar meski tersembunyi dibalik
ilalang. Tak jauh dari tepian danau sebuah kursi taman menghadap ke danau itu disebelahnya berdiri tegak sebuah lampu taman berbentuk bulat. Di sisi lain sebuah bangku taman
membelakangi danau mengahap ke arah lain. Dalam pada itu Rahma duduk di kursi
taman menghadap ke tepian danau dengan wajah yang tertunduk penuh kegelisahan. Sementara
gusti berdiri di tepian telaga membelakangi Rahma sambil menghisap rokok).
Rahma :
(mengangkat mukanya dan
seolah berbicara pada diri sendiri) “Meski kau tersembunyi di balik ilalang
kau tetap mempesonakan aku”.
Gusti :
“Kau berbicara seakan teratai sengaja menyembunyikan sesuatu
darimu (menghisap rokoknya sambil menatap
langit)”.
Rahma :
“Akan tetap ku tunggu sampai tabir ilalang terbuka oleh riak air (penuh keyakinan dan pengharapan meski masih ada ragu dalam ucapannya).
Gusti :
(menghampiri Rahma lalu duduk di sampingnya dan berkata) “Serupa teratai mekar dikala senja,tersembunyi bukan atas keinginan sendiri”
Rahma :
“Tersembunyi karena ia mekar saat senja tiba. Serupa apa yang
terjadi dalam jiwaku (bersandar di pundakGusti).
Hilman :
(berjalan menuju tepiantelaga sambil berkata) “gejolak jiwa tak perlu bersembunyi bila ia memang
ada maka biarkan dia mekar serupa teratai meski saat senja tiba”.
Rahma :
“Tetapi mengapa ia harus hadir saat senja ? mengapa kasih itu datang pada saat satu hati telah mengisi jiwaku ?” (menatap kearah Gusti yang berusaha untuk tetap dingin).
Hilman :
“Tanyakan pada hatinya, sebab kasih dan cinta datang tanpa harus memilih waktu, ia seperti teratai yang kau lihat senja ini. (menoleh pada Rahma dan Gusti)
(Sejenak suasana menjadi hening tanpa suara).
Gusti :
(beranjak dan berdiri melangkah ke tepian telaga).
Hilman :
(melangkah meninggalkan tepian telaga dan kemudian duduk di bangku yang membelakangi telaga dan ketikaberpapasan ia menepuk pundak Gustiseraya berkata) ”jangan biarkan senja ini pergi begitu saja.”
Gusti :
(tersenyum dan kembali menghisap rokok).
Rahma :
“Berapa lama kau akan bertahan di sana tanpa jawaban ? (mencoba untuk tidak terbata-bata)
Gusti :
“Bila harus aku berkata, jujur aku menyayangimu tapi kau bukan untukku begitu pula dengan waktu (seakan melepaskan beban berat menghembuskan asap rokok dari mulutnya)
Hilman :
“Setengah dari sebuah jawaban telah terdengar dengan jelas seperti langit dan rembulan yang merangkai temaram”.
Rahma :
(Tanpa mempedulikan Hilman) “Tapi sisi lain di jiwamu ada untukku meski diselimuti ragu”.
Gusti :
“Itu benar, tapi………
Taya :
“Tapi kau tetap ragu untuk membuka jiwamu meski pikir dan hatimu sebagian telah kau
berikan padanya” (masuk dan mendekati Gusti, menoleh pada Rahma)
Gusti :
(tersentak kaget tapi tetap berusaha untuk tenang )”lebih baik kubiarkan ia mengalir serupa air, waktu
memiliki caranya sendiri untuk menyatukan hati.
Hilman :
“Tapi perasaan dan cinta bukan air yang mengalir” (melangkah pergi)
Taya :
“Kau dengar ? Cinta bukanlah air yang mengalir” (menepuk pundak Gusti kemudian melangkah pergi).
Gusti :
(diam terpaku menatap langit).
Rahma :
(tertunduk dan menitikan air mata).
(suasana kembali hening tanpa suara tanpa percakapan diantara mereka, langit mulai berganti
warna, sementara lampu taman mulai menyala).
Gusti :
“Akankah ada sisi lain di jiwamu untukku” (melangkah mendekati Rahma dan duduk disampingnya)
Rahma : (meletakan kepala di pangkun Gusti) “ia akan tetap ada untuk mu”.
Gusti :
(Dengan lembut membelai rambut Rahma sambil menatap langit). “Jika saja tak harus samar tertutup
ilalang mungkin teratai akan lebih indah”
Rahma :
“Apa yang kau katakan bukanlah hal yang berbeda dengan pikiranku (mengangkat kepala seraya
menatap wajah Gusti diliputi rasa takut kehilangan).
Taya :
(Datang dan kembali duduk
di kursi membelakangi telaga/danau).
Gusti :
“Sebenarnya kita terjebak dalam alur yang sebenarnya tidak harus seperti ini (berdiri kemudian kembali
melangkah ke tepian telaga).
Rahma :
(Diam dan hanya mampu menatap Gusti dan menahan tangis).
Gusti :
“Kau menangis karena ……. (tidak tuntas berbicara karena Rahma semakin larut dalm tangisan dan berkata meskipun terbata-bata)
Rahma :
“Kau tau ? aku selalu menanti saat-saat seperti ini (tidak tuntas bicara)
Gusti :
“Saat kita lebih dalam terjebak dan mengingkari kenyataan ! (menerawang jauh dan tetap berdiri di sisi
telaga)
Taya :
“Lebih dalam terjebak dalam perangkap yang dibuat sendiri lebih sulit kau meninggalkannya.
Gusti :
(Tertunduk dan menghela nafas panjang seakan menyesal kemudian kembali menatap langit)
Rahma :
“Tapi itu kenyataan yang kita hadapi dan mampukah kita berdusta pada kenyataan ?
Gusti :
“Kenyataan yang seharusnya tidak terjadi ?”
Rahma :
“Apa mungkin ini seharusnya tidak terjadi nyatanya ini
benar-benar kenyataan yang harus kita hadapi.
Taya :
“Terjebak dan terkurung dalam perangkap lebih dalam bimbang tak berujung dalam pikiran
antara teman, sahabat dan kekasih atau apapun namanya.
Gusti :
“Kau menangis dan aku terluka oleh kenyataan “
Rahma :
Adakah ini sebuah dosa bila kau menyimpan separuh hatimu di sisi
lain jiwaku dan begitu pula sebaliknya aku”
Gusti :
“Dosa atau apapun namanya tak akan kembalikan malam ini hilang
tanpa kau di pelukanku (menghampiri Rahma kemudian duduk dan membelai rambut Rahma)
Rahma :
(Diam dalam pelukan Gusti dan memejamkan matanya).
Gusti :
“Malam ini kau dalam pelukanku tapi esok dia akan membawamu pergi. “
Rahma :
(mengangkat wajahnya dengan rasa sesal mendengar perkataan Gusti)
“akan selalu ada ruang di hatiku untukmu”
Gusti :
(menghela nafas panjang dan
beranjak kembali meninggalkan Rahma yang diam terpaku) “Pulanglah padanya
biarkan aku sendiri mencumbui bayangmu “
Rhama : (Terpaku dalam penantian yang tanpa kepastian)
Rahma :
“Jika saja setiap kelopak mawar yang kau berikan dapat memberikan jawaban yang lebih pasti” (menyentuh setiap kelopak mawar dengan jari jari tangannya)
Gusti :
“Mungkin Kau benar tetapi bagaimana mungkin membagi pandangan ketika mawar dan teratai mekar dalam waktu yang bersamaan”.
Rahma :
“Tak pernah kuragukan kesetianmu dan kasih yang kau berikan… Aku hanya…
(Tidak tuntas bicara)
(Telaga hening dan semua terdiam Rahma tertunduk dan diam. Sesaat kemudian Hilman datang dan
berjalan di tepian telaga dan berkata )
Hilman :
“Seperti hari yang lalu, rembulan datang dalam gerimis, dan
langit tidak berganti rupa hanya mata kita saja yang tak mampu memandang dalam kegelapan”
Taya :
(Bangkit dan berdiri berjalan menghampiri
Hilman, pada saat mendekati Rahma ia berkata)” lupakan langkah terakhir
dalam hidupmu jelaskan padanya tentang apa yang kau rasakan sejak menatap
temayum langit sore tadi, jangan kau biarkan rembulan kembali datang dalam gerimis (berdiri di tepi telaga dan menerawang jauh ke cakrawala).
Rahma :
“Aku mencintainya lebih dari sekedar aku mencintai seseorang lebih dahulu mengisi
jiwaku begitu pun dengannya dan dia mengetahuinya dengan sepenuh hati”.
Hilman :
(menoleh ke arah Rahma) “Kenyataanya kalian saling mengasihi meski kalian tahu sendiri
tidak mungkin untuk bersatu”
Taya :
(pergi duduk di bangku yang membelakangi danau)
Hilman :
“Lalu apa yang akan kau lakukan dengan semua ini sebab semuanya
tidak akan terselesaikan hanya dengan tangisan’
Rahma :
(berdiri dan mendekati tepian danau lalu duduk di tanah sambil memetik ilalang dan
mempermainkannya) Kau temanku, dan kuau dia sahabatmu sejak dulu……”
Hilman :
“lalu Aapa maksudmu?”
Rahma :
“Kau mengetahui kami saling menjimpan kasih dalam jiwa kami. Aku dan dia serupa
belahan jiwa yang murni oleh kasih meski tak mungkin bersatu…”
Hilman :
“jadi…..?”
Rahma :
“Jangankau biarkan kami tarpisah …”
Hilman :
“kau gila … Mana mungkin itu bisa kulakukan”
Rahma :
(Pergi tanpa mempeduikan Hilman yang sesaat
diam terpaku)
(tepian danau terasa hening kembali beberapa saat kemudian Gusti datang dan berdiri di tepian danau)
Hilman :
“Kau lihat Dia pergi dan menagis saat kau tinggalkan”
Gusti :
“Dan itu yang akan terjadi jika dia meninggalkan aku”
Hilman :
“Itu karena Satu sisi di jiwamu telah kau berikan padanya
begitu pula dengan dia”
Gusti :
“tetapi bila aku harus terus bertahan dengan semua ini apa aku tidak akan menyakiti perempuan lain”
Hilman :
“ Pada sisi yan lain pula satu hati wanita jelas kau sakiti tapi
bila kau berkata tentang hati dan waktu maka waktu memilikicaranya sendiri
untuk menyatukan hati dan itu yang kau katakan padanya.”
Gusti :
(Melangkan duduk di bangku yang menghadap tepian danau)
Taya :
(Beranjak dari tempat duduknya dan melangkan kemudian duduk di dekat Gusti)
”satu sisi jiwamu berada dalam kebimbangan untuk
memilih dan yang lainya berada dalam ketegaran seorang lelaki meski itu kaupaksakan”
Himan :
“sesekali
dalam hidup, kita dihadapkan dalam pilihan meski itu menyakitkan tetapi
hiduptetap harus memilih meski cinta tidak seharunya jadi pilihan.”
(Beranjak pergi meninggalkan Gusti dalam kesendirian sementara itu Taya mengikuti Hilman seraya berkata)
Taya :
“Bertanyalah pada hatimu dengan sepenuh rasa di jiwamu dan jawablah dengan nurani dan logika jika
kau benar menyayanginya”
(Danau sepi malam semakin larut angin bertiup perlahan sementara Gusti diam dalan tannya
untuk mencari jawaban. Dalam pada itu Rahma kembali datang lalu duduk disampin
Gusti sesaat kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Gusti daann gusti membelai rambut rahma dengan penuh
kasih)
IBRAHIM A.K. 050506
Materi Latihan Sanggar Teater
PENGANTAR
ARTI DRAMA
- Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai" yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya.
- Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak
- Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama
ARTI TEATER
- Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.
- Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak
- Dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.
Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.
Dialog yang baik ialah dialog yang :
- terdengar (volume baik)
- jelas (artikulasi baik)
- dimengerti (lafal benar)
- menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
- terlihat (blocking baik)
- jelas (tidak ragu‑ragu, meyakinkan)
- dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
- menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
· Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh
- Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata‑kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.
- Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai . Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani bukan ber‑ani.
- Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah
- Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.
· Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.
· Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.
Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Dalam hal mengatur balance, komposisinya:
· Bagian kanan lebih berat daripada kiri
· Bagian depan lebih berat daripada belakang
· Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah
· Yang lebar lebih berat daripada yang sempit
· Yang terang lebih berat daripada yang gelap
· Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung
- Jelas, tidak ragu‑ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah‑setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu‑ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting
- Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
- Menghayati berarti gerak‑gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
BAB I
MEDITASI dan KONSENTRASI
MEDITASI
Secara umum meditasi artinya adalah menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
Tujuan Meditasi :
1. Mengosongkan pikiran.
Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.
2. Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.
Cara meditasi :
- Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
- Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.
- Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.
Catatan :
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.
KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.
Cara konsentrasi :
- Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi.
- Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater.
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.
BAB II
VOKAL dan PERNAPASAN
PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan :
Ø Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung.
Di kalangan orang‑orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk Udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/acting kita, karena bahu menjadi kaku.
Ø Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung,
Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
Ø Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum).
Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan acting, tetapi mengutamakan vokal.
Ø Pernapasan diafragma
Pernapasan diafragma ialah jika pada waktu kita mengambil udara, maka diafragma kita mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang.
Menurut perkembangan akhir‑akhir ini, banyak orang‑orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
Latihan‑latihan pernapasan :
· Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas kita keluarkan kembali.
· Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.
· Cara berikutnya adalah menarik napas dalam‑dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara‑cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, maka janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.
VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik pula. "Baik” di sini diartikan sebagai :
· Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang).
· Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
· Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan.
· Tidak monoton.
Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan‑latihan vokal. Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain :
· Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah…” dengan energi suara. Lakukan ini berulang kali.
· Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm…mmm…” (suara keluar lewat hidung).
· Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss……."
· Hirup udara banyak‑banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa…….” sampai batas napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah.
· Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun (dalam satu tarikan napas)
· Keluarkan vokal “a…..a……” secara terputus-putus.
· Keluarkan suara vokal “a‑i‑u‑e‑o", “ai‑ao‑au‑ae‑", "oa‑oi‑oe‑ou", “iao‑iau‑iae‑aie‑aio‑aiu‑oui‑oua‑uei‑uia‑......” dan sebagainya.
· Berteriaklah sekuat‑kuatnya sampai ke tingkat histeris.
· Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung‑gulung, berlari, berputar‑putar dan berbagai variasi lainnnya.
Catatan :
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan‑latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir‑lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat‑alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat‑alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.
Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara‑suara di sekitar kita, disamping untuk menghayati karunia Tuhan.
ARTIKULASI
Yang dimaksud dengan artikulasi pada teater adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata‑kata yang diucapkan.
Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu :
Ø Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya ‘r’, dan sebagainya.
Ø Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu‑waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog.
Misalnya:
o Kehormatan menjadi kormatan
o Menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.
Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya.
Ø Artikulasi tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah‑olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.
Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan
· Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada‑nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik.
· Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb
· Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.
GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda.
Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang‑kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!” dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?” , "Kenapa ?” atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog.
Gestikulasi harus dilakukan sebab kata‑kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan. Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud yang berbeda.
Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata. Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan), “Pergi….” (mendapat tekanan).
INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan‑tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu :
- Tekanan Dinamik (keras‑lemah)
- SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
- Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
- Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)
- Tekanan.Nada (tinggi)
- Tekanan Tempo
WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki‑laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya.
Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba merubah‑rubah warna suara dengan menirukan warna suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dsb.
Selain mengenai dasar‑dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga adanya suatu penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam bagian tersendiri. Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar‑dasar vokal seperti di atas.
(Si Dul masuk tergopoh‑gopoh)
Dul : Aduh Pak….e…..e…..itu, Pak…. Anu…. Pak….a….a….ada orang bawa koper, pakaiannya bagus. Saya takut, Pak, mungkin dia orang kota, Pak.
Paiman : Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan orang-orangmu untuk mengusirnya ?
Pak Gondo : (kepada Paiman) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Paiman).
Paiman : Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk.
Pak Gondo : (membentak sambil mendorong) Diam Kamu !
(kepada si Dul) Di mana dia sekarang ?
Dul : Di sana Pak, mengintip orang mandi di kali sambil motret.
BAB III
GERAK
OLAH TUBUH
Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal.
Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot‑otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian‑bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan nanti.
Pelaksanaan olah tubuh :
- Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yana kita punyai, tentang segala rakhmat yang dianugerahkan kepada kita. Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, yang mana semuanya itu merupakan rakhmat Tuhan yarig diberikan kepada kita.
- Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.
- Putar kepala pelan‑pelan dan rasakan lekukan‑lekukan di leher, mulai dari muka. kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan berkali‑kali. Ingat, pelan‑pelan dan rasakan !
- Putar bahu ke arah depan berkali‑kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.
- Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula sebaliknya.
- Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan keseluruhan. Lakukan berkali‑kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru bersama‑sama.
- Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.
- Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.
- Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari‑lari di tempat dan meloncat‑loncat.
Macam‑Macam Gerak :
Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan manusia. Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam‑macam gerak Latihan‑latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater.
Pada dasarnya gerak dapat dibaqi menjadi dua, yaitu
1. Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama.
2. Gerak non teaterikal
Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari‑hari.
Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam‑macam, secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.
- Gerak Halus
- Gerak Kasar
-
- Business, adalah gerak‑gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya :
- sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita pada belajar.
-
- Gestures, adalah gerak‑gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb.
- Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung‑gulung, melompat, dsb.
- Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb.
Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan “gerak-gerak dasar”. Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
· Gerak dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.
· Gerak dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
· Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.
Latihan-latihan gerak yang lain :
- Latihan cermin.
- Latihan gerak dan tatap mata.
- Latihan melenturkan tubuh.
- Latihan gerak bersama.
- Latihan gerak mengalir.
GERAK DAN VOKAL
Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita mencoba untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat, jongkok, bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala, memutar-mutar tubuh, dan sebagainya.
Latihan ini berguna sekali bagi kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vokal dan gerak kita selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak berpengaruh pada vokal.
BAB IV
PENGGUNAAN PANCAINDERA DALAM TEATER
Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut, baik secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam teater kita juga harus menggunakan indera kita dengan baik agar dapat memainkan suatu peran dengan baik pula.
Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain :
- Mata
- Telinga
¨ Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang diatas sepeda motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb.
- Hidung
¨ Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar bagaimana baunya.
- Kulit
¨ Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya. Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.
- Lidah
¨ Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang pensil, tangan yang berkeringat,dsb.
BAB V
KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya :
Tokoh (A) … jabatan (lurah) … watak (licik, pura-pura, pengecut)
Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut :
- Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek, anak kecil, pemabuk, orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan gerak-gerak dasar disini adalah cirri-ciri khas)
- Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan. Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring.
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.
OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini.
ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dsb.
Cara-cara melatihnya antara lain :
- Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
- Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
- Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.
- Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
- Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.
Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan roh suci. Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa roh suci benar-benar ada. Dalam contoh lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah dialog, sebagai berikut : “ Hei letnan, coba perhatikan perempuan berkaca mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan”. Yang dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam pentas.
Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan, termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut :
- Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
- Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
- Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal.
- Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb.
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb.
PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.
Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah :
- Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
- Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
- Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.
BAB VI
BLOCKING
Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan tubuh pada saat diatas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Yang dimaksud dengan blocking yang baik adalah blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.
- Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai “Komposisi Pentas “.
- Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.
- Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah.
- Memiliki titik pusat
Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian.
- Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.
KOMPOSISI PENTAS
Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas ini dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti tersendiri.
PENONTON
Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan nomornya. Bagian depan lebih kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau benda yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu dibuat-buat.
BAB VII
NASKAH
Setelah kita mengenal berbagai macam dasar yang diperlukan untuk bermain drama, akhirnya sampailah kita pada naskah. Naskah disini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat dimana dimainkan naskah tersebut.
Sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, pemain / lakon dan plot atau rangka cerita.
- Tema
- Lakon
v Dimensi fisiologi ; ciri-ciri badani
usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.
v Dimensi sosiologi ; latar belakang kemasyarakatan
status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dll.
v Dimensi psikologis ; latar belakang kejiwaan
temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dll.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka lakon yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.
- Plot
§ Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita.
§ Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para lakon harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
§ Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
§ Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
§ Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan, dimana didalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
MATERI LATIHAN
GIRILOKA ARYA
SANGGAR TEATER SEBELAS APRIL (SATE SAPI)
Langganan:
Postingan (Atom)